02 November 2007

Apakah Anak Saya Agresif ?

Pertanyaan:

Bapak Pengasuh yang terhormat. Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang saat ini mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun. Anak saya ini tumbuh sehat dan berkembang normal seperti anak-anak pada umumnya. Namun yang membuat saya pusing dan khawatir adalah dia ini suka memukul, menggigit atau melakukan jenis kekerasan lainnya kepada teman-teman sepermainannya. Saya terkadang merasa malu dengan ibu-ibu lain yang anak-anaknya terlihat manis-manis dan menurut, tidak seperti anak saya yang terlihat nakal/bandel ini. Apakah anak saya tersebut tergolong anak yang agresif dan apakah perilakunya itu normal? Bagaimana cara mengatasinya Pak?

Santi di Ptk


Jawaban:

Ibu Santi yang sedang pusing, anda mungkin sedikit shock jika saya katakan bahwa perilaku anda itu adalah perilaku ”normal” dalam perkembangan anak. Mengapa? Usia 2 s/d 3 tahunan bisa dikatakan sebagai usia transisi awal pada perkembangan anak, di mana anak sedang mengalami keinginan yang sangat besar untuk menjadi mandiri. Di lain pihak, kemampuan bahasa anak masih belum mencapai tahap yang cukup untuk bisa berkomunikasi dengan sempurna. Gap terhadap kedua kemampuan yang sedang berkembang ini akan ’dilepaskan’ oleh anak dalam bentuk tindakan fisik seperti bertindak agresif dan sejenisnya. Memang hanya itulah cara yang paling mudah dilakukan oleh anak untuk mengungkapkan emosinya. Untuk itu, sebagai orang tua kita harus memahami bahwa sikap agresif seperti memukul atau menggigit pada level tertentu adalah sangat normal, karena anak masih terfokus pada pemikiran ”saya” atau ”milik saya”.

Dengan mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri anak Ibu ini, andapun menjadi lebih tenang dan tidak perlu terlalu khawatir melihat perilaku agresif anak Ibu (tentunya perilaku agresif yang yang tidak terlalu kelewatan). Jadi, jangan sampai perilaku agresif anak Ibu membuat ibu menjadi panik, yang berakibat pada perlakuan kekerasan anda terhadap anak. Ingat ! kemampuan ibu untuk mengendalikan emosi/rasa marah ibu merupakan langkah pertama yang akan menentukan apakah ibu akan bisa mengendalikan anak ibu atau tidak. Bagaimana mungkin ibu meminta anak ibu tidak boleh memukul dengan cara anda memukulnya. Padahal anak seusia ini melakukan segala sesuatunya dengan cara meniru lingkungannya. Iya ’kan… ? Yang penting dan harus selalu diingat, ibu harus selalu menasehati anak ibu bahwa perilaku agresif tersebut tidak baik dan tidak dapat anda terima. Selain itu, ibu juga harus membantu anak ibu dengan menunjukkan cara lain untuk mengungkapkan perasaan atau emosi anak.

Adapun langkah-langkah yang bisa Ibu lakukan untuk menasehati atau menunjukkan cara pengungkapan emosi anak yang efektif adalah sebagai berikut:

1. Peringatan awal/dini dan batasan yang jelas

Dengan peringatan awal ini, anak menjadi tahu dan siap secara mental terhadap apa yang akan terjadi jika dia berbuat sesuatu yang di luar batasan yang telah anda tetapkan. Anda harus dengan jelas dan singkat menyampaikan kepada anak anda hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya di setiap kegiatan/permainan bersama dengan orang lain. Dan yang penting, anda harus secara konsisten menjalankan apa yang telah anda sampaikan kepada anak anda.

2. Cooling-Down

Cooling-down di sini pada dasarnya hampir sama dengan time-out pada pertandingan basket. Misalnya, jika anak anda sedang bermain mandi bola dengan teman-temannya kemudian ternyata dia bertindak agresif dengan melemparkan bola ke anak lain, maka anda segera membawa anak anda keluar dari tempat mandi bola, kemudian ajaklah dia duduk bersama anda untuk melihat anak lain bermain mandi bola. Kemudian jelaskan bahwa dia boleh bermain lagi jika dia berjanji tidak akan mengulangi tindakan agresifnya Cara ini jauh lebih efektif daripada anda berteriak-teriak atau bahkan memukulnya. Dengan cara ini, anak anda akan menyadari bahwa tindakannya berhubungan dengan konsekuensi yang akan dihadapinya.

3. Mengajarkan tindakan alternatif

Setelah anak anda sudah tenang, anda bisa membicarakan secara baik-baik dengan anak anda apa yang telah membuat dia marah. Tekankan bahwa dia boleh marah, tetapi tidak boleh melampiaskannya dengan melempar, memukul ataupun menggigit. Anda bisa mengajarkan alternatif lain seperti misalnya dengan berteriak, menendang bola, atau yang lainnya.

4. Memberikan pujian

Ini merupakan cara yang sangat efektif pula untuk mencegah anak bertindak agresif. Janganlah kita hanya memperhatikan perilaku anak yang tidak baik saja, tetapi harus memperhatikan tindakannya yang baik dan dengan tulus memberikan pujian. Contohnya, jika dia sedang bermain perosotan dengan teman-temannya tetapi bisa sabar menunggu giliran, maka pujilah bahwa tindakannya itu sangat bagus. Dengan begitu dia merasa mendapatkan perhatian lebih baik dengan emosi yang positif dari pada merasa diperhatikan setelah berbuat kesalahan. Hal ini kelihatannya sepele, tetapi jarang sekali orang tua yang aktif dan sungguh-sungguh melakukannya.

Masih banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan, tetapi empat hal di atas merupakan tindakan terpenting yang cukup efektif untuk mencegah dan mengatasi anak bertindak agresif. Tetapi yang harus selalu diingat bahwa tidak ada resep khusus yang 100% bisa ditertapkan kepada semua anak. Setiap anak mempunyai ciri khasnya masing-masing. Anda bisa mencoba cara yang telah dilakukan oleh orang tua lain, tetapi belum tentu cocok diterapkan kepada anak anda. Selamat mencoba !

Info : konsultasikeluarga.parenting1.com

Tidak ada komentar: